Sabtu, 27 Juni 2015

Ah, lampunya kan belum merah kali Pak Polisi



Saya mau kasih oleh-oleh ke agan-agan, dari jangkir {jalan-jalan tapi banyak mikir... he he he....) ke Medan, beberapa waktu lalu.

Ya, belum lama ini kami tim Concern ( ups... ini kandang kelompok pemikir yang juga menjadi strategic think thank) jalan-jalan ke Medan. Di sana bikin diskusi. Yang dibahas rada serius banget. Geman tidak, temanya penegakan hukum. Yang bicara, ada Pak Kapolda Sumut, Irjen Pol Eko Hadi Sutedjo, Ketua LBH Medan, Saldi Isra, dan Kejati Sumut, M Yusni. Diskusi jadi gayeng, karena dipandu Hermawan Sulistyo alias Mas Kikiek.

Ada yang 'lucu' atau sebenarnya gue mau bilang menyedihkan. Ini menyangkut budaya berlalu lintas di Medan. Cerita meluncur dari Pak Kapolda, mengenai bagaimana perilaku berlalu lintas orang Medan. Lampu merah masih sering di langgar.

Ternyata, klop dengan pengalaman Mas Kikiek. Ketika suatu saat, yang tidak disebutkan tangal dan tahunnya, mengendari mobil di Medan. Sudah beberapa tahun lalu sih, memang. Saat lampu lalin menyala merah, Mas Kikiek tentu saja menghentikan laju mobilnya. E, ternyata orang Medan banyak yang melenggang saja. Lalu, ada pengendara motor, yang berhenti di samping kanan kendaraannya.

"Abang orang baru ya?,"

"Kenapa?"

"Ya, soalnya Abang berhenti begitu lampu nyala merah."

"Lo situ kenapa juga berhenti?"

"Ahm pingin tahu aja, kok ada orang yang berhenti ketika lamou baru nyala merah."

Kata Pak Kapolda, orang Medan yang melanggar lalin, kalau ditangka suka berdalih. "Pak, kan belum merah 'kali.: Maksudnya, orang Mwdan bilang lampu merahnya belum merah sekali, karena baru berganti warna dari hijau ke merah. Jadi, kalau pun sudah merah, tetap dianggap bisa diterobos, karena belum merah 'kali.

O.. begitu ya budaya di Medan. Mungkin, daerah lain sebenarnya juga punya tradisi jelek dalam berlalu lintas. Tapi, inilah Medan.

Ini Medang Bung....!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar